Jumat, 01 April 2011

'Gnomeo and Juliet': Kisah Cinta Abadi dalam Versi Boneka Keramik


Semua film yang diangkat dari naskah klasik pada dasarnya adalah sebuah bentuk penafsiran baru. Masih ingat 'Romeo+Juliet'-nya Baz Luhrmann (1996)? Kini, materi yang sama digarap kembali, kali ini dalam format animasi 3-D yang dihiasi lagu-lagu Elton John. Hasilnya, sebuah tafsir yang segar dan barangkali lebih cocok untuk konsumsi generasi terkini.

Bila versi Luhrmann cenderung lebih bersetia pada naskah asli Shakespeare itu, maka versi animasi yang ditulis dan dikerjakan Kelly Asbury ('Shrek 2', 'Spirit: Stallion of the Cimarron') ini membelokkan ending-nya agar penonton lebih bahagia. Mungkin memang sudah bukan zamannya lagi kisah cinta tragis berakhir kematian yang depresif.

Romeo dan Juliet "versi Elton John" ini (ya, kita bisa juga menyebutnya begitu karena Mr. John adalah produser film ini) adalah gnome, boneka keramik bertopi panjang penghias halaman belakang rumah. Dan, sesuai cerita aslinya yang sudah dikenal di seluruh dunia, kita lagi-lagi dipertemukan dengan Keluarga Capulet dan Keluarga Montague yang berseteru.

Alkisah, dua keluarga itu tinggal bersebelahan di sebuah kawasan suburban di London. Layaknya Buzz, Woody dan kawan-kawannya di kotak mainan Andy dalam 'Toy Story' yang bisa hidup, demikian pula boneka-boneka keramik itu. Ketika Tuan Capulet dan Nyonya Montague sedang tidak berada di rumah, boneka-boneka itu hidup, dan saling bermusuhan seperti tuan mereka.

Tim Gnomeo bertopi biru, sedangkan Tim Juliet bertopi merah. Begitulah, seperti yang sudah diketahui, Gnomeo dan Juliet saling jatuh cinta di tengah permusuhan kedua keluarga. Secara keseluruhan, jika dibanding dengan cerita aslinya, alur dan konflik dalam versi animasi ini disederhanakan. Sejumlah "cerita baru" dimasukkan, seperti sang angsa patah kaki yang harus menunggu 20 tahun untuk mendapatkan kembali kakinya.

Sementara karakter Gnomeo dan Juliet-nya sendiri terkesan datar-datar saja, karakter-karakter pendukung seperti si angsa itu, juga si katak dan si jamur, justru yang mencuri perhatian. Mereka cerewet, banyak tingkah dan cukup bisa membangun kelucuan sehingga membuat film ini, dengan cerita yang sedemikian ringan dan tipisnya, tetap lumayan menghibur. Ditambah, dari segi irama warna, film ini terlihat menyenangkan.

Bagi generasi yang tumbuh dalam kemajuan teknologi tontonan animasi, menonton film ini bisa menjadi cara untuk mengenal karya sastra klasik dunia. Setelah menyaksikan adegan romantis berhias lagu 'Your Song' yang legendaris itu, siapa tahu kemudian tertarik untuk mempelajari karya aslinya, dan karya-karya klasik lainnya, untuk memperkaya wawasan.

Bocah 12 Tahun Lahirkan Bayi


Bocah usia 12 tahun di Groningen, Belanda, melahirkan bayi perempuan saat perjalanan menuju ke sekolah. Kasus ini membuat heboh, karena selama ini, keluarga dan orang di lingkungan sekolah, tidak ada yang mengetahui kehamilannya.

"Baik sang bocah maupun keluarganya tidak menyadari bahwa ia sedang hamil, dan tidak ada tanda-tanda eksternal kehamilan yang ditunjukkan,” kata juru bicara dari pelayanan kesehatan setempat, dikutip dari The Telegraph.

Kondisi kesehatan ibu muda itu dan bayinya sangat sehat, pascapersalinan di rumah sakit setempat. Namun, identitas mereka dan keluarganya sengaja disembunyikan.

Sesaat menjelang persalinan, bocah itu tak memperlihatkan keluhan apapun. Hanya, ia tiba-tiba mengeluh kesakitan di bagian perut di tengah perjalanan menuju sekolah bersama teman-temannya.

Awalnya, staf sekolah yang mendapat laporan menduga bocah itu sakit perut biasa. Ia baru sadar anak didiknya hamil setelah petugas medis darurat datang. Melihat tanda-tanda segera melahirkan, bocah itu dilarikan ke rumah bersalin.

Akhir tahun lalu, kasus persalinan anak juga menggemparkan Spanyol setelah sebuah harian lokal, Barcelona La Vanguardia, menyajikan kisah bocah 10 menjalani persalinan caesar di sebuah rumah sakit di selatan kota Cadiz, Spanyol.

Semua orang dibuat ternganga saat ibunda sang bocah mengatakan kasus itu biasa saja. "Ini (melahirkan di usia 10 tahun) biasa di negara saya," ujar sang ibu sambil menjelaskan bahwa putrinya hamil oleh pacarnya yang juga masih di bawah umur.

Data statistik Spanyol menunjukkan, selama 2008, sebanyak 177 anak perempuan di bawah usia 15 tahun menjalani persalinan. Ini menimbulkan kekhawatiran sejumlah pemerhati kesehatan anak. Sebab, persalinan anak di bawah umur berisiko tinggi meninggal dunia dan melahirkan bayi cacat.

Geisha Band Rilis Album via Live Streaming


Geisha tercatat sebagai band pertama di Indonesia yang merilis album via live streaming.  Band yang berdiri Desember 2003 itu memang baru saja merilis album terbaru mereka yang berjudul ‘Meraih Bintang’ lewat dunia maya.  “Ini adalah bentuk prestasi dari Geisha,” kata produser Geisha, Noey

Perihal label rekaman Geisha, Musica Studio, menjelaskan bahwa konsep live streaming dalam merilis album dipilih untuk memenuhi keinginan penggemar Geisha yang ada di luar negeri seperti di Australia, Taiwan, Singapura, dan Hongkong.  “Jadi semua bisa menikmati soft launching secara visual di internet,” kata Acin dari Musica Studio.

Selain live streaming, perilisan album Geisha juga disiarkan secara langsung oleh salah satu stasiun radio swasta yang kemudian direlay ke 8 kota yang ada di Indonesia. ‘Meraih Bintang’ ini merupakan album kedua Geisha setelah album perdana mereka tahun 2009 yang bertitel ‘Anugerah Terindah.’

Geisha mengatakan, konsep musik mereka di album kedua ini lebih dewasa dan matang ketimbang di album pertama.  “Lebih berwarna Geisha,” kata Nara, bassis Geisha.  Ia menambahkan, cinta dan benci menjadi tema utama pada album ini.  “Karena semua orang pernah merasakan ini (cinta dan benci).  Jadi mewakili perasaan semua orang,” terangnya.

Total ada 11 lagu di album ‘Meraih Bintang.’  Selain single utama mereka, ‘Cinta dan Benci,’ single lainnya antara lain berjudul ‘Remuk Jantungku,’ ‘Cukup Tak Lagi,’ ‘Kenangan Hidupku,’ ‘Ku menyerah,’ ‘Jangan Pernah,’ ‘Aku Bukan Mereka,’ ‘Sedari Dulu,’ ‘Hatiku Bicara,’ ‘Pergi Saja,’ dan ‘Karena Kamu.’